HAJI Vs ARLOJI

Ketika Musim Haji tiba, dalam telinga batinku selalu melafal ” Labaik allahumma labaik ......” Padahal kalimat itu aku lantunkan 20 tahun yang lalu dalam perjalananku dari Jeddah menuju tanah suci Mekah. Kalimat itu begitu mendalam dan meresap dalam hati sanubari sampai saat ini. Dan mudah2an sampai akhir hayat.

Lepas dari kenikmatan dunia yang tiada tara sebagai tamu Allah. Di tanah suci ini banyak orang berkesaksian mempunyai pengalaman ”mistis” disana. Makin ”udik” orang itu berasal, makin seru. Ada yang ditambah tambah, ada yang apa adanya tapi ada pula yang justru disimpan rapat rapat karena malu.

Cerita itu biasanya mengenai teguran Allah kepada hambanya ditanah suci, baik oleh perbuatannya dimasa lalu maupun kesalahan yang dilakukan saat itu.

Berikut ini adalah pengalaman mistisku di tanah suci . 20 tahun yang lalu

Cerita bermula ketika aku menunaikan ibadah haji. Usai menunaikan lempar jumrah, aku jalan jalan dipertokoan sekitar situ. Ketika kulihat toko arloji. segera saya teringat jam tangan adikku yang hilang di bis kota.

Kulangkahkan kakiku untuk masuk kedalam toko arloji dengan niat membelikan arloji untuk adikku sebagai oleh oleh nanti,

Jam tanganku saat itu menunjukan pukul 1.00 siang hari. Toko tampak lenggang tanpa pengunjung, yang ada hanya ada aku dan sahabatku Susilo yang sejak tadi bersamaku.

Aku mengelilingi etalase toko dan mataku terpusat pada lemari kaca yang memajang berbagai merk, dengan warna didominasi warna kuning emas.

Seiko adalah merek pilihan, disamping harganya terjangkau juga modelnya manis dan sederhana.

Tetapi semua seiko yang terpajang berwarna kuning emas yang tajam, dan aku tidak menyukainya. Setelah mencari model dan warna yang kusukai tidak kutemukan, dengan putus asa, kubatalkan niat membeli jam tangan dan aku berniat membelikannya di Jakarta saja.

Akhirnya kuajak temanku untuk meninggalkan toko. Sebelum keluar dari toko kulirik arlojiku ....... Astaga......... ternyata jam tangan tangan yang kupakai sudah lenyap tak berbekas. Padahal aku yakin ketika memasuki toko arlojiku masih ada.

Bagaimana jam tangan yang kupakai bisa hilang ditempat yang kosong dan sepi?. Apakah jatuh dilantai? Tidak ........ atau .....?

Aku segera sadar bahwa aku sedang berada ditanah suci. Apakah ini peringatan Allah ? seperti cerita cerita yang sering kudengar di tanah air? Bulu kudukku meremang. Aku tidak boleh ingkar janji ? walaupun hanya menunda ?

Akhirnya aku kembali ke penjaga toko, dan langsung kubayar arloji yang kumau tanpa menawarnya lagi.

Sebuah janji sudah terlunasi, tetapi arlojiku yang hilang dengan misteri, tak pernah kembali.

Lebih dari semua itu, banyak kejadian sehari hari yang aku maknai sebagai teguran Allah guna meluruskan langkah.


by Guntoro

Tidak ada komentar: